This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 20 Juni 2011

Fiqhu Ad Da'wah


ANASHIRUD DAKWAH

Sasaran :
·         Memahami wajibnya tandzim dalam dakwah yang terstruktur.
·         Memahami unsur-unsur utama dalam tandzim dakwah dalam rangka meralisasikan sasaran Islam.

Ringkasan:
Anasir dakwah (unsur-unsur dakwah) ini diambil dari surat 12:108. Dengan ayat ini kemudian ditafsirkan oleh ulama dakwah melalui tafsir dakwahnya sehingga ayat surat ini menggambarkan bagaimana minhajdakwah yang disebutkan oleh Allah SWT di dalam surat Yusuf tersebut..
            Terdapat beberapa unsur dakwah : Qul misalnya yang mengawali surat ini bermakna katakanlah, tetapi juga dalam kaitannya dengan dakwah merupakan syar’iyyatud dakwah, karena ini merupakan firman Allah dan terdapat di dalam Al Qur’an sehingga fungsinya adalah sebagai syar’iyah atau cara/minhaj dakwah. Kemudian Allah menyebutkan hadzihi sabili (inilah jalanku) berarti juga sebagai risalatud dakwah (menyampaikan dakwah), hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya jalan dakwah.
            Ad’u (menyeru manusia) adalah perintah dakwah yang bersifat terus-menerus karena ayat ini bermakna fiil mudhari yang berarti kata kerja yang berlaku hari ini, esok, dan masa depan, oleh karena itu dakwah dapat dikatakan sebagai harakatul mustamirah (gerakan yang terus-menerus). Ilallah (kepada Allah) memberi makna ghayatu shahihah (inilah tujuan yang benar), karena hanya kepada Allah saja tujuan dakwah ini bukan berdakwah mengajak kepada kumpulan dan pribadi tetapi kepada Islam.
            ‘Ala bashirah (keterangan atau bukti yang jelas) berarti juga dakwah berjalan berdasarkan minhajul wadhihah. Ana (saya disini Nabi SAW) adalah sebagai pemimpin yang ikhlas (qiyadatul mukhlishah). Wamanittaba’ani (orang yang mengikutinya) sebagai jundiyah muthi’ah (tentara yang patuh dan taat). Kemudian sunnatullah menunjukkan tajarrud dan wama ana minal musyrikin adalah tauhid yang berarti menghindarkan diri dari kemusyrikan.
            Dapat disimpulkan bahwa dakwah harus mengikuti syariat di dalam menyampaikan dakwahnya. Dakwah harus bersifat sesuatu program yang terus-menerus tidak pernah cuti dan berhenti dengan tujuan yang benar dan berdasarkan minhaj yang jelas. Dakwah harus dibawa oleh pengikut yang taat dengan ciri-ciri tajarruddan mentauhidkan Allah.

Hasiyah

1.       Anashir dakwah
Syarah
·         Terdapat beberapa anasir atau komponen dakwah yang disebutkan di dalam surat 12:108. Anasir ini menggambarkan minhaj dakwah. Panduan dakwah dapat diambil dari ayat ini misalnya perlunya pemimpin yang ikhlas dan pengikut yang taat, tujuan dan minhaj yang jelas, adanya aktivitas dan pesan, kemudian pelaku dakwah harus beriman bersikap tajarrud. Beberapa anasir dapat dilihat di bawah ini.

2.      Qul-syar’iyyatud dakwah
Syarah
·         Qul atau katakanlah berarti suatu perintah syara yang langsung berasal dari Allah dan RasulNya. Perintah atau arahan yang disebutkan setelah perkataan qul ini berarti sesuatu yang perlu diperhatikan dan mempunyai kepentingan bagi kita. Dalam surat 12 :108 menjelaskan bagaimana dakwah yang perlu dilalui yaitu harus memenuhi beberapa anasir misalnya ada pemimpin, pengikut, tujuan, minhaj, dan sikap.

3.      Hadzihi sabili-risalatud dakwah
Syarah
·         Inilah jalanku didalam surat tersebut merupakan pesan dakwah. Dakwah yang dilakukan Nabi adalah jalan yang perlu juga dilalui oleh setiap muslim. Dakwah itu sendiri merupakan pesan yang perlu kita tunaikan. Namun demikian, jalan dakwah yang dikehendaki Islam adalah dakwah yang lengkap dan mempunyai beberapa anasir.

4.      Ad’u-harakatul mustamirah
Syarah
·         Ad’u artinya aku menyeru. Di dalam ayat ini yang perlu diperhatikan adalah kalimat ad’u adalah kalimat mudhari’ berarti kalimat yang berlaku saat ini dan akan terjadi seterusnya di masa depan. Dengan pengertian ini maka mufasir dakwah menyebutkan bahwa sifat dakwah adalah aktivitas atau gerakan yang terus-menerus, tiada henti walau bagaimanapun keadaannya baik dalam keadaan susah ataupun senang. Dakwah yang senantiasa berjalan adalah sunnahnya dakwah Islam, siapa yang mengikuti jalan ini harus menjadikan kehidupannya adalah kehidupan dakwah. Oleh karena itu dakwah berjalan maka tidak akan mungkin muncul pemandulan atau tidak ada pengikut. Kekurangan pengikut dan mandulnya potensi dakwah disebabkan karena dakwah tidak berjalan. Walaupun dakwah berjalan sedikit maka dapat dipastikan memperoleh hasil.

5.      Ilallah-ghoyatu shahihah
Syarah
·         Dakwah yang ilallah adalah dakwah yang mempunyai tujuan kepada Allah, hal ini merupakan tujuan yang benar. Apabila tujuan dakwah bukan kepada Allah maka dakwah tidak bertujuan baik, ia akan menyimpang. Dakwah yang bertujuan tidak baik ini misalnya adalah dakwah yang mengajak kepada kumpulan (jamaah) atau dakwah yang membawa kepada pribadi (syakhshiyah). Jamaah atau syakhshiyah da’i adalah wasilah atau pintu untuk berdakwah tetapi nilai yang disampaikan adalah nilai Islam. Selain itu dakwah ilallah adalah dakwah yang mengajak mad’u dekat dengan Al Qur’andan sunnah sehingga mereka mencintai dan membelanya.

6.      ‘Ala bashirah-minhajul wadhihah
Syarah
·         Dakwah yang dijalankan juga harus berdasarkan keterangan yang jelas dengan petunjuk yang benar dan panduan yang lengkap. Al Qur’an dan Sunnah merupakan bagian dari rujukan dan utama dalam dakwah. Bashirah adalah yang berasal dari Islam maka dengan demikian dakwah juga harus berdasarkan minhajul wadhihah (panduan yang jelas). Beberapa contoh minhaj yang wadhih di dalam dakwah adalah dakwah harus dengan hikmah, hasanah, dan marhamah, dakwah mengikuti anasir seperti jama’ah, pemimpin, dan pengikut. Dakwah harus mengikuti marhalah, dakwah memiliki tujuan dan berbagai wasilah yang dapat diterima oleh mad’u dan sebagainya.

7.      Ana-qiyadatul mukhlishah
Syarah
·         Saru anasir penting di dalam dakwah yang tidak boleh dilupakan adalah adanya pemimpin. Pemimpin ini berarti orang yang membawa jamaah beserta pengikutnya. Ciri utama yang perlu dimillki oleh qiyadah adalah ikhlas (qiyadah mukhlishah). Dengan keikhlasan ini, qiyadah dapat membawa jamaah dengan baik walaupun banyak cobaan, tantangan, fitnah dari dalam maupun dari luar. Dengan ikhlas qiyadah dapat menerima kenyataan yang berlaku serta dapat menghadapi masalah dengan baik. Qiyadah yang tidak ikhlas akan membawa pengikutnya kepada kepentingan pribadi dan memperturutkan hawa nafsunya saja. Pemimpin yang demikian banyak terjadi pada beberapa contoh di dalam gerakan Islam atau bukan, dimana gerakan menjadi terabantukan.

8.      Wamanittaba’ani
Syarah
·         Adanya qiyadah harus diikuti dengan adanya jundiyah (pengikut). Apabila qiyadah mukhlishah maka jundiyah harus muthi’ah. Pengikut yang tidak taat, maka akan menghentikan proses dakwah dan akan menghancurkan dakwah itu sendiri. Pengikut yang tidak taat tidak akan dapat diarahkan untuk mengerjakan program gerakan. Kehadiran, keterlibatan, dan partisipasi yang kurang ke dakwah adalah ciri dari tidak taatnya jundi kepada qiyadah. Program yang baik, sasaran yang menarik, dan wasilah yang canggih tidak akan tercapai apabila pengikut tidak taat. Keberadaan pengikut di dalam dakwah sangatlah diperlukan bagi perkembangan dakwah itu sendiri, tetapi yang lebih penting lagi adalah pengikut yang setia.

9.      Subhanallah-tajarrud
Syarah
·         Maha suci Allah adalah sikap tajarrud pengikut ataupun pemimpin dakwah. Pelaku dakwah harus senantiasa mensucikan Allah dengan perbuatan, pemikiran dan akhlaknya. Dengan membebaskan diri dari kejahiliyahan, kekotoran, kemusyrikan, dan kebatilan akan membawa kita kepada kejayaan dakwah. Mensucikan Allah maka akan mendukung dan membela kita.

10.   Wama ana minal musyrikin

Syarah

·         Sikap berikutnya dari pelaku dakwah adalah tidaklah dirinya menjadi orang yang musyrik. Pelaku dakwah harus melakukan tauhid saja. Bentuk tauhid diantaranya adalah meninggalkan segala bentuk pengabdian selain kepada Allah dan juga menghindari segala tingkah laku bukan Islam. Tauhid dari segi uluhiyah ini mempunyai kesan yang tinggi kepada semua aspek kehidupan kita. Dengan tauhid juga maka akan mewarnai pemikiran, akhlak, dan ruhani dengan Islam.

Dalil

12:108 ; Katakanlah (wahai Muhammad) ini jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada (agama) Allah dengan hujjah yang nyata. Mha suci Allahsan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik


KHOSOISUD DA’WAH

Sasaran :
·         Memahami bahwa dakwah Islam memililki karakter yang khas dan istimewa dan mampu menyebutkan contoh-contohnya.
·         Menyadari kewajiban untuk mengaplikasikan berbagai ciri dalam aktivitas dakwahnya.
·         Menyadari bahwa semua ciri dakwah Islam hanya dapat diwujudkan melalui hizbullah.

Ringkasan :
            Dakwah Islam memiliki beberapa karakter yang menggambarkan bagaimana Islam sebenarnya. Dakwah Islam adalah dakwah yang juga mempunyai karakter dan sifat-sifat Islam itu sendiri. Dengan memahami karakter ini maka kita mendapatkan suatu pemahaman yang jelas tentang dakwah. Kesadaran akan dakwah pun muncul sehingga kita dapat mengembangkan dan memelihara dakwah ke masyarakat.
            Di antara ciri-ciri dakwah adalah Rabbaniyah, Islamiyah qobla jam’iyah, syamilah ghoiru juz’iyah, mu’ashirah ghoiru taqlidiyah, mahaliyah wa ‘almiyah, ‘ilmiyah, bashirah Islamiyah, mana’ah Islamiyah, inqilabiyah ghoiru tarqi’iyah.
            Dengan ciri-ciri dakwah ini, akan dapat menjelaskan bagaimana sebaiknya dakwah dan jamaah Islamiyah. Penggambaran ciri dakwah ini juga akan membentuk suatu fikrah dan kesadaran bagaimana dakwah yang baik, benar, dan perlu diikuti. Persaingan antara dakwah dan jamaah Islamiyah serta berbagai persoalan yang berkaitan dengan jamaah dapat dijawab dengan materi khosoisud da’wah. Kesan yang diperoleh dari materi ini disebabkan karena beberapa ciri-ciri yang dibedah disini adalah kekerungan-kekurangan yang dimiliki oleh beberapa jamaah dan kelebihan yang dimiliki jamaah IM.

Hasiyah

1.       Khoshoisud da’wah
Syarah
·         Khoshoisud da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah. Berbagai ciri-ciri ini ada yang berkaitan dengan program, sasaran, sifat, aktivitas, dan proses perjalanan dakwah. Penggambaran ciri dakwah ini hanyalah sebagian saja tetapi semuanya merupakan bagian dari sifat dan ciri Islam itu sendiri. Ciri dakwah yang disampaikan disini adalah sebagian saja karena luasnya ciri dakwah Islam yang dimiliki. Ciri dakwah Islam sesuai dengan ciri Islam itu sendiri. Penjabaran ciri-ciri di bawah ini hanyalah berkaitan dengan hal-hal yang penting saja atau yang dapat dijadikan sasaran.

2.      Rabbaniyah
Syarah
·         Dakwah yang rabbani adalah dakwah yang merabb (berorientasi kepada tuhan). Rabbani berarti segala aktivitas dakwah Islam harus merujuk kepada Allah sebagai rabb. Minhaj dan ghoyah harus dikembalikan kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk yang dapat dijelaskan disini adalah ciri dakwah rabbani berarti mereka yang terlibat dalam dakwah harus melakukan tadarus dan ta’lim. Pelaku dakwah rabbani harus memiliki sifat yang tidak lemah, tidak bersedih hati, tidak wahn tetapi berani dan siap berhadapan dengan siapapun. Dakwah rabbani juga menjunjung tinggi syura yang merujuk kepada Allah (sumber), Rasul (cara), dan ulil amri (nizam).
·         Dakwah rabbani juga mengambil aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang utama, warna akhlak Islamiyah, ukhuwah Islamiyah, dan jihad juga merupakan ciri dakwah rabbani. Dakwah rabbani juga bertumpu kepada tarbiyah takwiniyah dalam membentuk kader dan kemudian menerjunkan kader kedalam masyarakat melalui ketokohan, kepakaran, dan keikutsertaan.

Dalil

·         3:79 ;
·         3:146 ;

3.      Islamiyah qobla jam’iyah
Syarah
·         Islam mengajak dan menyeru perasatuan bukan perpecahan. Diantara penyebab perpecahan adalah ta’asub dengan jamaah atau kumpulan. Allah SWT berfirman agar melarang kita berpecah belah dan berbangga-bangga dengan kumpulan, tetapi Allah SWT menyuruh kita bersatu di dalam Islam melalui aqidah Islamiyah dan I’tisham bihablillah.
·         Islamiyah qobla jamiyah bukan menafikan peranan jamaah atau tidak memerlukan jamaah atau kumpulan. Pernyataan ini adalah usaha meluruskan dan untuk menduhulukan Islam dari jamaah sehingga mengenal Islam dan sadar Islam adalah prioritas utama yang kemudian dapat menerima peranan jamaah setelah kesadaran Islam. Hal ini akan membentuk sikap kepada pribadi untuk menerima semua golongan atau mau berdakwah kepada semua golongan sehingga memudahkan munculnya dakwah ustadziyatul ‘alam.
·         Pembedahan jamaah diberikan setelah kesadaran mad’u kepada Islam sehingga penerimaan jamaah dilakukan dengan cara yang baik. Sikap kepada jamaah sebagai wasilah dan bukan satu-satunya tujuan walaupun jamaah digunakan untuk membawa dakwah kita.
·         Pendekatan Islamiyah juga berarti juga kita memberikan bagaimana semestinya kita seorang muslim dengan dakwah Islamiyah akan terbentuk syakhshiyah Islamiyah. Siapakah yang menjalankan dakwah ini? Jawabannya adalah jamaah. Memberikan fikrah mengenai ciri-ciri dakwah Islam adalah usaha untuk mengajak manusia ke dalam jamaah setelah mereka memerlukan atau memahami kepentingannya.

Dalil

·         30:31-32 ;
·         49:13 ;
·         3:103 ;

4.      Syamilah ghoiru juz’iyyah
Syarah
·         Dakwah Islam adalah sesuai dengan nilai Islam sehingga dakwah Islam harus bersifat syamilah (sempurna). Dakwah tidak boleh juz’iyyah (parsial). Syamilah dari segi program, aktivitas, tujuan, dan minhaj. Dakwah yang syamilah juga mencakup bidang tarbiyah, dakwah dan sosial, budaya, politik, ekonomi dan pertahanan dan keamanan. Aspek ini harus dibicarakan oleh dakwah. Tanpa membahas masalah ini atau hanya membahas masalah dakwah saja maka dakwah bersifat juziyah.
·         Dakwah syamilah juga menekankan peranan dan aktivitas dakwah yang membahas masyarakat dan keahlian, dakwah juga bertumpu kepada jihad dan tegaknya syariat. Dakwah syamilah berperan di dalam membangun masyarakat melalui potensi dirinya.
·         Pemahaman terhadap dakwah syamilah ini akan membuka pemikiran aktivis perlunya dakwah dan agar Islam dapat diterima masyarakat. Diterimanya aktivis oleh masyarakat tentunya mempunyai beberapa ciri misalnya karena tokoh, status, kemampuan, kepakaran, dan lain sebagainya. Untuk memcapai ciri ini maka dari sekarang jamaah dan dakwah sudah memikirkan dan bergerak dengan berbagai bidang.

Dalil :

·         2:208 ;
·         6:161-162 ;

5.      Mu’ashirah ghoiru taqlidiyah
Syarah
·         Dakwah bersifat mu’asirah (kontemporer) dan tidak taqlidiyah (kuno). Pendekatan dakwah secara minhaj  harus mengikuti asholahnya yaitu Al Qur’an dan Sunnah walaupun ada yang menyebutkan bahwa pendekatan ini adalah kuno. Tetapi secara uslub seperti wasilah dan strategi harus canggih dan mengikuti perkembangan semasa.
·         Pendekatan mu’asirah berarti mengambil situasi dan kondisi, peristiwa, sikap, keperluan dan kemudian dikaitkan dengan sasaran. Pendekatan mu’sirah di dalam dakwah misalnya dakwah dengan internet, power point dan sebagainya.
·         Dakwah mu’asirah juga menggunakan pendekatan semasa seperti partai, pemilu dan sebagainya. Peperangan juga dilakukan dengan senjata yang canggih bukan dengan panah atau pisau, begitu kendaraan tidak dengan kuda atau unta.
·         Pendekatan taqlidiyah adalah pendekatan kuno yang tidak memperhatikan perkembangan zaman dan merujuk secara buta kepada sesuatu yang kuno dan mungkin tidak lagi sesuai dengan keadaan sekarang. Sikap taqlid juga muncul karena kurangnya pengetahuan sehingga mengikuti sesuatu tanpa pemahaman yang jelas, atau melaksanakan sesuatu tanpa ilmu.

6.      Mahaliyah wa ‘alamiyah
Syarah
·         Dakwah Islam sesuai dengan nilai Islam yang universal. Islam adalah agama untuk semua manusia dan juga rahmat bagi seluruh alam. Kahadiran Islam adalah mendunia dan juga untuk kebahagiaan makhluk, khususnya manusia. Dakwah yang global dan dunia adalah ciri dakwah Islam, oleh karena itu dakwah dan jamaah juga harus bertaraf internasional. Ummat Islam ada di segala penjuru dunia maka dakwah dan jamaah pun harus ada di penjuru tersebut. Tandzim dan jamaah di setiap negeri haruslah berkaitan juga dengan tandzim yang ada di luar dn menyatu di dalam kekuatan dakwah Islam.
·         Walaupun dakwah adalah bersifat internasional tetapi operasional kita adalah mahaliyah (tempat). Tempat dimana kita berada, berdiri, dan menginjakkan kaki itulah sebagai tempat dakwah kita, tetapi secara fikrah dan hubungan harus bertaraf internasional. Dengan demikian ta’awun dan kesatuan ummat akan terwujud.
·         Jamaah dan dakwah sepakat bahwa ini lebih kepada qotr atau negeri misalnya jamaah atau dakwah yang sebatas Malaysia dan tidak berhubungan secara struktur dengan dakwah dan jamaah di luar. Padahal suatu kenyataan yang kita hadapi bahwa musuh Islam bersifat Internasional, mereka pun bersatu untuk melawan kita dan menghancurkan secara berjamaah dari berbagai arah di dunia. Keadaan demikian juga menuntut kita untuk melakukan dakwah secara internasional, selain untuk menghadapi musuh juga untuk menegakkan syari’ah.
·         Tuntutan dunia ke arah globalisasi juga akan membawa dakwah Islam dilakukan secara mendunia dan global, terbuka serta universal.

Dalil :
·         34:28 ;
·         21:107 ;

7.      ‘Ilmiyah
Syarah
·         Dakwah yang islami adalah dakwah yang berjalan melalui pendekatan ilmiyah, sehingga muncul kesadaran Islam. Pendekatan kuliah, ceramah, perbincangan, latihan adalah sebagian usaha pendekatan dakwah secara ilmiyah. Tanpa pendekatan ilmiyah, maka dakwah akan diikuti oleh mereka yang taqlid, bodoh, tidak sadar dan ikut-ikutan sehingga akan membahayakan jamaah itu sendiri. Allah SWT melalui firmannya di dalam Al Qur’an atau Muhammad SAW melalui sabdanya di dalam hadits selalu menekankan ilmu dan cara pendekatan Qur’an dan Hadits dengan cara ilmiyah yaitu usaha menyadarkan Islam bukan memaksa dan juga bukan memberikan tekanan. Masalah tekanan dan paksaan adalah sesuatu yang dilarang oleh Islam. Pendekatan ilmiyah ini mengajak manusia berfikir dan mengerjakan amalan Islam secara bertahap mengikuti pemahaman dan kesadaran. Cara demikian akan menghasilkan suatu cara yang sangat efektif  dalam membentuk kesadaran Islam.

Dalil:

·         17:36 ;
·         2:256 ;

8.      Bashirah Islamiyah
Syarah
·         Keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas dan benar adalah sifat Islam. Dakwah harus mendasarkan minhaj dan programnya kepada Islam. Dalil-dalil, rujukan, dan panduan dari Islam adalah ciri dakwah Islam, bukan minhaj yang berasal dari luar Islam.
·         Keadaan yang dapat menipu adalah keadaan orang putih yang sudah maju dan mengeluarkan banyak produknya misalnya masalah manajemen. Hal ini dapat mempengaruhi kita memakai teori-teori itu tanpa dipilih atau dilihat menurut Islam. Manajemen Barat berbeda dengan manajemen Islam. Penerapan manajemen Barat ke dalam dakwah dan jamaah Islamiyah adalah suatu yang keliru atau akan menghancurkan dakwah itu sendiri. Hal ini adalah suatu bukti dari dakwah yang tidak berdasarkan bashirah Islamiyah.
·         Masalah yang berkaitan dengan dugaan atau pengalaman yang terbatas juga akan menghambat sikap kepada bashirah Islamiyah. Oleh karena itu perlu rujukan yang kuat kepada Islam, sehingga Islam mewarnai gerak dakwah kita.

9.      Mana’ah Islamiyah
Syarah
·         Dakwah Islam harus mempunyai ciri-ciri mana’ah (kebal/benteng) Islam. Untuk mencapai ini maka dakwah berorientasi kepada pencapaian penguasaan teori (istiab nadhori), penguasaan moral (istiab ma’nawi) dan penguasaan amal (istiab amal).
·         Penguasaan teori ini dicapai apabila pribadi yang didakwahi diberi bekal dengan pengenalan kepada prinsip Islam (ma’rifatul mabda’) seperti rukun Islam, rukun iman, dan prinsip lainnya. Selain itu juga mad’u perlu diberi pengenalan kepada fikrah (ma’rifatul fikrah) dan pengenalan minhaj (ma’rifatul minhaj). Ketiga pengenalan ini dilakukan agar mencapai penguasaan teori. Biasanya bahan-bahan tamhidiyah I (level UK) diusahakan untuk mencapai sasaran ini.
·         Penguasaan moral dicapai dengan cara menumbuhkan melalui latihan, amalan, dan aplikasi yaitu kehendak yang kuat (al wafa tsabit). Sasaran ini dicapai dengan mengamalkan konsep yang sudah difahami dalam bentuk amal, biasanya dalam bentuk latihan, tugas, dan program bersama yang dilakukan.
·         Sedangkan penguasaan amal dicapai dengan gerakan yang terus-menerus (harakah mustamirah) dan semangat pengorbanan (ruhul bazl). Tadzrib, tamrinat dan sebagainya adalah cara dakwah mencapai penguasaan amal ini.

10.   Inqilabiyah ghoiru tarqi’iyyah
Syarah
·         Perubahan yang dikehendaki oleh dakwah adalah perubahan yang bertahap di dalam proses yang dikehendaki untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Perubahan tidak mendadak dan asal jadi saja tetapi lebih kepada perubahan yang bertahap (inqilabiyah) mengikuti kemampuan, kefahaman, dan level mad’u.
·         Dengan perubahan yang demikian maka dapat menghasilkan pribadi yang furqon sehingga muncul pribadi yang kuat.


RABBANIYATUD DA’WAH

Sasaran :
·         Memahami unsur-unsur rabbaniyah dakwah dan mampu menyebutkan contoh-contoh realisasinya.
·         Memahami peranan rabbaniyah dakwah dalam meninggikan kalimatullah melalui jamaah yang solid.
·         Termotivasi untuk senantiasa terlibat dalam lingkaran dakwah yang rabbani

Ringkasan

                Rabbaniyatud dakwah adalah dakwah yang merujuk kepada Rabb (Allah SWT). Beberapa ciri dakwah robbani adalah rabbani dari segi risalah (pesan yang dibawa), rijal (pelaku dakwah), dan jamaah (tandzim). Rabbaniyatur risalah adalah dakwah dengan pesan yang dibawa semuanya berdasarkan Islam yang bertujuan untuk meninggikan kalimatullah. Diantara penekanan di dalam rabbaniyatur risalah adalah rabbaniyatul mabda’, rabbaniyatul minhaj, rabbaniyatul khuthuwat, rabbaniyatul ghoyah, rabbaniyatul thariqah.

                Risalah atau message yang disampaikan akan baik apabila pesan tersebut juga mempunyai ciri yang robbani. Dengan demikian juga diperlukan rabbaniyatur rijal. Beberapa ciri-ciri rabbaniyatur rijal adalah pribadi yang mengajarkan kitab, mempelajari kitab, tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga dan mau tunduk.

                Melengkapi penyampaian risalah oleh pribadi da’i adalah dengan jamaah. Tanpa jamaah maka rijal tidak dapat berperan secara efektif dan juga pesan tidak sampai kepada mad’u. Beberapa ciri jamaah yang robbani adalah rabbaniyatul qiyadah, rabbaniyatul jundiyah, dan rabbaniyatul ukhuwah. Dengan jamaah yang demikian akan memunculkan jamaah yang kuat (jamaah matinah).

Hasiyah

1.       Rabbaniyatud dakwah
Syarah
·         Dakwah dijalankan hingga mendapatkan hasil harus memenuhi persyaratan rabbani. Dakwah Islam yang rabbani adalah dakwah yang dibawa oleh Nabi SAW. Maksud dakwah rabbani adalah dakwah yang tujuan, aktivitas, program, dan minhaj mengikuti arahan Al Qur’an dan Sunnah. Dakwah rabbani membawa Islam itu sendiri sebagai warna dakwah dan tujuan dakwah. Beberapa ciri dakwah yang rabbani adalah risalah yang disampaikan harus mengikuti Islam, kemudian jamaah yang mengendalikan dakwah harus mengikuti kaidah-kaidah Islam.

2.      Rabbaniyatur risalah
Syarah
·         Rabbaniyatur risalah terdiri dari tiga bagian yaitu rabbani dari segi mabda’, minhaj, dan ghoyah.
·         Rabbaniyatul mabda’ (prinsip) ini juga merupakan rabbaniyatul mashdar (sumber). Prinsip-prinsip Islam yang disampaikan di dalam dakwah adalah sumber rujukan dan panduan. Aqidah Islamiyah adalah prinsip di dalam Islam, begitu pun syahadatain dan keimanan. Prinsip ini dijadikan sumber rujukan bertingkah laku dan bergerak. Dakwah yang rabbani perlu sekali mempertimbangkan masalah prinsip yang asas disampaikan kepada manusia.
·         Selain masalah risalah yang berisi prinsip dan kemudian dijadikan sumber, dan juga di dalam minhaj yang digunakan oleh dakwah harus bersifat rabbani. Rabbaniyatul minhaj dijadikan sebagai khuthuwat sehingga dapat disebut sebagai rabbaiyatul khuthuwat. Minhaj mengatur langkah dan gerak dakwah, dengan minhaj pula langkah dakwah dapat terarah dan mencapai sesuatu yang jelas dan dikehendaki oleh harakah. Dengan ghoyah yang rabbani maka dapat dijadikan rabbaniyatut thariqah. Ghoyah rabbani adalah ilallah, mencari ridha Allah, dan kemudian menegakkan syariat. Tidak ada tujuan lain selain Allah, kecuali mereka yang tidak jelas tujuan yang akan dicapainya. Ghoyah kepada hawa nafsu adalah kejahiliyahan yang sesat.
·         Risalah yang rabbani ini bertujuan li I’la likalimatillah, meninggikan kalimat Allah bertujuan menyeru dan menjelaskan risalah yang Allah miliki kepada manusia. Melalui ghayah yang rabbani, minhaj dan mabda’ Islam ini akan mewujudkan kalimat Allah di muka bumi.

3.      Rabbaniyatur rijal
Syarah
·         Beberapa ciri rabbaniyatur rijal adalah mengajarkan kitab, mempelajari kitab, dan tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga, dan tidak mau menyerah begitu saja. Risalah yang disampaikan tidak akan mungkin diterima dan diamalkan dengan baik apabila rijal yang membawa pesan tersebut tidak menggambarkan ciri-ciri rabbani. Pelaku dakwah yang tidak mempelajari kitab dan tidak mengejarkan kitab tidaklah mungkin dapat dijadikan uswah dan juga tidaklah mungkin dapat mengembangkan dakwah. Keberhasilan dakwah dapat dipengaruhi oleh ciri pribadi rijal pembawa dakwah ini. Pesan yang disampaikan haruslah bernilai dan berkesan. Kalam yang terkesan tentunya keluar dari rijal yang senantiasa mempelajari kitab dan mendalaminya.
·         Ciri rijal yang membawa dakwah adalah tidak merasa lemah semangat, tidak lemah tenaga, dan tidak mau menyerah. Di dalam operasional dakwah, pribadi dakwah harus mempunyai ketabahan, kesabaran, dan ketahanan. Tanpa ciri ini maka sulit bagi pribadi tersebut menjalankan dakwah dengan baik. Dakwah ini penuh dengan tantangan dan cobaan yang menghendaki pelaku dakwah siap menerima dan menghadapi segala ujian dan cobaan dengan tenang dan dapat menyelesaikan segala permasalahan dengan baik. Dakwah yang berhasil menghendaki pribadi dakwah yang tidak sedih, tidak mengalah, dan tidak berduka cita.

Dalil

·         3:79 ;
·         3:146 ;


4.      Rabbaniyatul jamaah
Syarah
·         Rabbaniyatud dakwah selain dilengkapi dengan rabbaniyatur risalah dan rabbaniyatur rijal juga dilengkapi dengan rabbaniyatul jamaah. Rabbaniyatul jamaah mempunyai beberapa komponen yaitu qiyadah, jundiyah, dan ukhuwah. Jamaah yang rabbani harus memiliki qiyadah yang mukhlishoh, jundiyah muthi’ah, dan diikat dengan ukhuwah Islamiyah.
·         Rabbaniyatul qiyadah bermaksud qiyadah yang mempunyai ciri-ciri Al Qur’an dan Sunnah. Qiyadah muslimah memiliki ciri-ciri amanah, jujur, sidiq, dan tabligh. Ciri rabbani yang ada pada qiyadah juga termasuk moral dan fisik seperti tidak lemah semangat, tidak lemah fisik, tidak bersedih dan tidak penakut. Ciri-ciri yang dikehendaki Islam kepada muslim dan qiyadah didapati pada qiyadah rabbaniyah.
·         Beriringan dengan qiyadah yang rabbaniyah maka dakwah akan dapat dilaksanakan secara berkesan apabila diikuti dengan jundiyah yang rabbani. Rabbaniyatul jundiyah adalah jundi yang taat menerima arahan, memiliki akhlak Islam dan berkepribadian menarik. Jundiyah selain dapat beramal jama’I dengan sesamanya juga dapat berhubungan qiyadahnya dalam mencapai sasaran. Tashawur Islam dan jamaah serta dakwah dimiliki oleh jundi rabbani. Kemampuan jundiyah dan kesadaran Islamiyah yang ada pada diri jundiyah sangat membantu tegaknya dakwah rabbani. Pengikut setia merupakan aset dakwah utama di dalam menegakkan dakwah Islam.
·         Hubungan yang terjadi di dalam jamaah adalah hubungan dengan suasana ukhuwah Islamiyah. Rabbaniyatul ukhuwah berarti ukhuwah yang berorientasikan kepada keislaman dengan ukhuwah maka akan muncul kelancaran program dan aktivitas dakwah. Ukhuwah Islamiyah di kalangan pelaku dakwah dapat membantu segala macam permasalahan dan mempercepat proses dakwah.
·         Jamaah matinah akan terwujud apabila di dalam jamaah tersebut mempunyai komponen rabbaniyatul qiyadah, jundiyah dan ukhuwah. Salah satu diantara komponen tersebut hilang, maka jamaah akan lemah dan tidak mempunyai kekuatan sehingga mudah dikalahkan musuh. Rabbaniyatul jamaah menghasilkan kekuatan jamaah juga ditentukan oleh rabbaniyatur rijal.


KAYFA YATAKAYYAFU BIL ISLAM

Sasaran :
·         Memahami bahwa berharakah Islamiyah hanya dapat dicapai dengan terwujudnya kondisi yang Islami.
·         Memahami barometer yang digunakan untuk mengukur kesiapan pribadi dan jamaah untuk berdakwah.
·         Memahami bahwa melaksanakan minhaj taqyim dapat mengantarkan pribadi dan jamaah meraih posisi dari Allah.

Ringkasan
                Bagaimana untuk menyesuaikan diri dengan Islam (Kayfa watakayyafu bil Islam) dilakukan dengan mempertimbangkan aqidah, ukhuwah, dan uddah (persiapan). Untuk memunculkan potensi dan kekuatan pribadi maka diperlukan komponen aqidah dan diikat dengan ukhuwah. Pribadi yang beraqidah dengan ittikad, perasaan, fikiran, dan tingkah laku akan membentuk kepribadian Islam yang akhirnya menghasilkan kekuatan pribadi. Kekuatan-kekuatan pribadi ini tidak akan berhasil atau tidak akan bermanfaat bila tidak diikat dengan ikatan dan persatuan diantara mereka yang beraqidah. Ukhuwah yang dimulai dengan ta’aruf dan diteruskan dengan tafahum yang akhirnya menghasilkan takaful akan mewujudkan amal jama’i sehingga muncul kekuatan jamaah. Kekuatan pribadi yang diikat dengan kekuatan jamaah akan menghasilkan kekuatan jiwa.
                Kekuatan jiwa saja tidaklah lengkap untuk individu yang ingin membiasakan dirinya dengan Islam apabila tidak diiringi dengan kekuatan harta (amwal). Persiapan dilakukan diantaranya adalah dengan mengeluarkan zakat, infaq, sadaqoh, dan sunduq. Harta yang diperoleh melalui saluran ini akan menghasilkan kekuatan persiapan yaitu kekuatan harta.
                Secara kuantitas diperoleh banyak pribadi dan didukung dengan berbagai persiapan (al udadu) seperti maal maka individu tersebut dapat digerakkan kepada bagaimana bergerak bersama Islam. Amalan dan ibadah kepada Allah saja merupakan usaha kita di dalam bergerak bersama Islam. Ibadah adalah bentuk realisasi iman kepada Allah sehingga muncul pribadi-pribadi yang sidiq.
                Sidiq akan muncul di dalam hati, lisan, dan amal. Dengan sidiq hati maka akan muncul kekuatan indifak, sidik  lisan akan menghasilkan kekuatan kesan, sidik amal akan mewujudkan kekuatan hasil. Akhirnya Allah SWT memberikan kepercayaan dengan memberikan kedudukan (makanah) atau pengikhtirafan.

Hasiyah
1.        Kayfa yatakayyafu bil Islam
Syarah
·         Materi bagaimana menyesuaikan diri dengan Islam (Kayfa watakayyafu bil Islam) ini diilhami dari kisah pemuda Kahfi yang dituliskan di dalam surat Al Kahfi : 9-26. Ulama menafsirkan bahwa pemuda Kahfi ini adalah pemuda-pemuda yang beriman dan sesama mereka melakukan ukhuwah Islamiyah sehingga mereka bersama senasib dan sepenanggungan memperjuangkan keimanan dari tantangan raja dzalim pada masa itu. Syakhshiyah Islamiyahdan amal jama’i akanmenghasilkan kekuatan jiwa. Di dalam kisah disebutkan juga persediaan uang perak yang ada pada mereka walaupun uang perak tersebut tidak lagi diterima. Persiapan keuangan dan persiapan jiwa akan mewujudkan bagaimana mereka bergerak. Di dalam ayat 18, juga diceritakan bagaimana mereka digerakkan ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri, mereka beribadah kepada Allah. Kemudian mereka ditangkap oleh raja setelah terbangun yang akhirnya raja meyakini apa yang dicakapkan atau diceritakan oleh pemuda Kahfi tersebut berkaitan dengan dirinya. Terakhir sekali, pemuda Kahfi mendapatkan penghormatan atau makanah dari raja.

1.        Al Aqidah
Syarah
·         Aqidah yang benar harus mencakup itikad yang baik, syu’ur yang Islam, fikrah yang bersih, dan suluk yang agung. Aqidah dengan wujud iman kepada Allah dan Rasul di dalam pernyataannya kepada syahadatain juga diiringi dengan keimanannya kepada malaikat, kitab, hari kiamat, dan taqdir. Aqidah yang mantap akan mewarnai bagaimana kepribadiannya. Kepribadian seorang individu terdiri dari ittikad, syu’ur, fikrah, dan suluk. Pribadi yang muslim memiliki ciri-ciri Islam di dalam setiap komponen dirinya.
·         Syakhshiyatul Islamiyah akan terwujud dengan aqidah yang benar dan bersih. Bersih dari kemusyrikan dan benar mengikuti Islam. Pribadi Islam mewarnai kehidupan diri seorang muslim apakah di rumah ataupun di luar rumah. Keadaan demikian merupakan suatu tuntunan aqidah yang dimiliki seseorang.
·         Aqidah yang tertanam di dalam hati dan dada muslim akan menghasilkan kekuatan pribadi (quwwatul fard). Pribadi tanpa aqidah akan lemah dan tidak mempunyai potensi, ia akan merusak dan menghancurkan dirinya sendiri. Aqidah akan menjadikan pribadi kuat karena landasan yang kuat dan tempat bergantung yang kuat yaitu hanya kepada Allah saja. Dengan demikian suatu kekuatan akan terwujud dengan pemahaman dan keyakinan yang bersih.

Dalil
·         9:40 ;
·         26:61-62 ;
·         6:161-162 ;
·         8:60 ;

1.        Al Ukhuwah
Syarah
·         Aqidah yang bersih dan menghasilkan kekuatan pribadi tidak akan berhasil atau berkesan apabila tidak diikat dengan persaudaraan Islam. Persaudaraan Islam adalah suatu nikmat dan hidayah yang Allah berikan kepada manusia. Dengan persaudaraan ini menambah nikmatnya iman dan Islam yang ada pada diri kita. Dengan ukhuwah maka hidup menjadi tenang dan bahagia. Segala permasalahan dan keadaan yang menyusahkan akan diatasi dengan suasana ukhuwah Islamiyah ini. Kepentingan ukhuwah Islamiyah di atas segala urusan telah dibuktikan oleh para sahabat Nabi SAW.
·         Hubungan Islam dengan persaudaraan Islam dengan saling berkenalan (ta’aruf), setelah itu akan menghasilkan saling memahami (tafahum). Mengenal jasad, pemikiran, dan kepribadian saudara kita yang meningkatkan pemahaman kita kepadanya sehingga pemahaman yang terbentuk dari ta’aruf ini akan menghasilkan suatu  hubungan saling tolong menolong (ta’awun). Keadaan ini yang kemudian yang memudahkan proses amal jama’i dan proses dakwah Islamiyah. Ta’awun dalam bentuk saling mendoakan dan saling membantu akan menghasilkan merasa senasib dan sepenanggungan (takaful).
·         Amal Jama’i terwujud setelah terbentuknya ukhuwah Islamiyah. Kerja sama dan sama-sama kerja merupakan suasana yang terwujud diantara pribadi yang mengamalkan ukhuwah Islamiyah di dalam arena dakwah.
·         Quwwatul jama’ah (kekuatan jamaah) sebagai hasil dari terjadinya amal jama’i di kalangan pribadi da’i akan membentuk jamaah yang handal, diperhitungkan dan tahan dari segala fitnah dan cobaan.

Dalil
·         49:10 ;
·         9:1 ;
·         49:13 ;
·         5:2 ;
·         90:17 ;
·         103:3 ;
·         37:99-100 ;
·         11:80 ;
·         11:91 ;

1.        Quwwatul anfus
Syarah
·         Pribadi yang tertanam aqidah di dalam dadanya kemudian berkumpul bersama-sama diikat dengan tali persaudaraan Islam sehingga akan mengembangkan potensi diri dan kepribadian. Kekuatan jiwa dan potensi bagi individu terwujud setelah mereka  bersama-sama melakukan ta’awun dan amal jama’i. Pribadi yang kuat sekalipun apabila tidak bersama-sama maka ia akan lemah dan tidak berpotensi. Keadaan pribadi demikian juga berlaku apabila pribadi yang kurang beriman diikat dengan tali ukhuwah Islamiyah maka tidak akan muncul kekuatan pribadi. Bagaikan sapu lidi yang tidak banyak manfaat apabila tidak diikat dengan tali yang kuat dan kokoh.
·         Keadaan kekuatan jiwa akan menjadikan kekuatan secara al a’dad (jumlah). Jumlah pribadi yang banyak dan mereka kuat akan menghasilkan kekuatan jiwa.

Dalil
·         49:15 ;
·         9:111 ;
·         8:60 ;

1.        Al ‘Uddah
Syarah
·         Bagaimana kita dapat berinteraksi dengan Islam tidaklah cukup hanya dengan aqidah dan ukhuwah. Banyak aktivis Islam dan keperluan untuk berinteraksinya memerlukan uang dan fasilitas. Uang fasilitas, kendaraan, dan materiil lainnya mempunyai peranan yang penting di dalam menyokong kelancaaran dakwah. Tanpa peranan maal ini maka tidak akan lancar perjalanan dakwah dan jamaah. Allah SWT menyebutkan di dalam banyak ayat berkaitan dengan perlunya berjihad dan berdakwah dengan mengorbankan harta dan jiwa. Kekuatan maal merupakan tuntutan dakwah dan gerakan. Bagaimana kita akan  berislam apabila kita mempunyai uang dan fasilitas. Oleh karena itu persiapan keuangan sangatlah dipentingkan didalam amal dakwah.
·         Beberapa usaha menyediakan maal ini didalam Islam melalui zakat, infak, shodaqoh, sunduq, dan maal.Zakat merupakan kewajiban seorang muslim yang telah mampu, sedangkan infak juga kewajiban seorang muslim tetapi tidak ditentukan berapa jumlahnya, sedangkan shodaqoh terserah kepada kita, manakala maal diperoleh secara usaha atau bisnis individu-individu yang bergerak di dalam perserikatan Islam. Apabila dikumpulkan semua kewajiban dan usaha pengumpulan uang ini maka tidak akan kekurangan dana sokongan bagi kepentingan dakwah Islam.
·         Quwwatul ‘iddah (kekuatan persiapan) merupakan akibat dari tersedianya harta dan materiil yang diperlukan olehdakwah melalui penyaluran uang berdasarkan kewajiban atau kerelaan.
·         Akhirnya kekuatan keuangan (quwwatul amwal) sebagai penyokong dakwah dapat memberikan sokongan yang kuat kepada dakwah.

Dalil
·         9:46 ;
·         8:3 ;
·         61:11 ;
·         9:111 ;

1.        Kaifa yataharraku ma’al Islam
Syarah
·         Bagaimana pula kita akan bergerak bersama Islam. Keperluan dan persyaratan seperti aqidah, ukhuwah, dan persiapan telah terpenuhi maka  diperlukan usaha untuk menggerakkan yang ada ini ke dalam bentuk amal dan ibadah Islam.
·         Al Ibadatullah wahdah (ibadah kepada Allah saja) adalah suatu tuntunan Islam dan Allah kepada kita yang meyakini dan mengimani Allah dan RosulNya. Iman perlu dibuktikan dengan ibadah. Segala potensi manusia baru bernilai apabila mereka beribadah kepada Allah. Tanpa ibadah maka potensi yang dimilikinya akan menghilang dan hancur. Kekuatan pun akan luntur sehingga mudah diinjak oleh musuh Islam sebagai akibat dari hilangnya ibadah karena memperturutkan hawa nafsu.
·         Ibadah itu sendiri sebagai wujud dan bukti realisasi iman (tahqiyqul iman). Iman perlu dibuktikan di dalam perbuatan, perbuatan itu sendiri adalah ibadah.

Dalil
·         9:119 ;
·         9:120 ;

1.        As Sidiq
Syarah
·         Iman yang terwujud di dalam ibadah akan menghasilkan sifat sidik bagi pemegang dan penganutnya. Pemegang iman akan bersifat sidik dari segi al qolb sehingga menghasilkan kekuatan pendobrak (quwwatul indifa’), kemudian sidik di dalam lisan akan menghasilkan kekuatan kesan/pengaruh (taktsir) dan juga sidik di dalam amal akan menghasilkan kekuatan hasil (quwwatul intaj).

Dalil
·         Lihat bahan sidik fi dakwah
·         49:15 ;

1.        Tasdiq (membenarkan)
Syarah
·         Apabila kita mempunyai sifat sidik maka Allah SWT pun akan membenarkan dan memberikan kepercayaan kepada kita. Bentuk kepercayaan yang Allah berikan adalah diangkatnya kita menjadi orang yang bertakwa, dibantunya dari kesusahan, diberi rizqi,  hidayah, berkah, dan rahmat. Selain itu bentuk kepercayaan yang Allah berikan adalah kita mendapatkan kepercayaan sebagai khalifah dan mendapatkan kedudukan yang mulia disisiNya.

Dalil
·         33:23 ;
·         22:39 ;

1.        Al Makanah
Syarah
·         Kepercayaan dan kedudukan yang Allah berikan sebagai khalifah adalah wujud Allah SWT memberikan makanah (kedudukan) yang mulia. Diantara kedudukan ini adalah diberinya kekuasaan untuk memerintah di bumi dan kemudian peranan khalifah berjalan.

Dalil
22:41 ;


DAURU AS SYABAB FI HAML AR RISALAH

Sinopsis
            Dauru as syababu fi hamili risalatil Islam (peranan pemuda di dalam membawa risalah Islam) menjelaskan beberapa potensi yang dimiliki pemuda (pelajar) sehingga dengan potensi yang dimiliki pemuda dapat dikembangkan melalui pembekalan seperti tarbiyah. Potensi pemuda ini dapat digerakkan hingga mencapai objektif yang dikehendaki.
            Peranan pemuda dirasakan penting karena pemuda mempunyai beberapa potensi misalnya bathul himmah fi at tasaaulat (membangkitkan himmah di dalam menimbulkan persoalan), naqlul ajyaal (memindahkan generasi), istibdaalul ajyal (menukar generasi), tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat) dan anasir ishlah (unsur perubah).
            Tazawwud (membekalkan) pemuda agar potensinya berkembang melalui at tarbiyah al fitriah, al hikmah wal ilmu dan pembentukan as syakhsiyah al qiyadiyah al jundiyah. Dengan keadaan demikian maka (ter)wujud pemuda-pemuda yang bergerak (at taharuk).

Hasiyah
1. Dauru as syababu fi hamili risalati Islam
Syarah

o          Risalah Islam atau apapun bentuk mesej perubahan hanya dapat dilaksanakan oleh para pemuda. Sepanjang perjalanan sejarah manusia dari nabi Adam As hingga kepada Nabi SAW dan diteruskan hingga hari ini membuktikan bahwa perubahan-perubahan senantiasa dipelopori oleh pemuda. Pemuda yang potensial di masa sekarang ini adalah mereka yang berkumpul sebagai pelajar/mahasiswa.
o          Selain perjuangan Islam juga perjuangan lainnya dimotori oleh pemuda atau pelajar. Banyak contoh revolusi-revolusi di sebagian besar negara hingga jatuhnya Presiden Soeharto di Indonesia adalah realita (bukti) nyata peranan pelajar (pemuda). Pelajar dengan potensi yang dimilikinya menjadi sesuatu yang ditakuti oleh pihak penguasa zalim. Dakwah Islam oleh Nabi SAW juga dipelopori oleh pemuda seperti Ali bin Abi Thalib, Mushab bin Umair, Usamah bin Zaid dan sebagainya.
o          Pemuda dalam konteks saat ini  adalah para pelajar di sekolah dan di PT. Mereka adalah pemuda yang strategik. Selain itu pemuda boleh juga bukan pelajar yang berumur 15 tahun hingga dewasa umur 45 tahun. Walaupun demikian pelajar merupakan nyawa gerakan pemuda dan masyarakat.
o          Kehadiran pemuda atau pelajar sangat dialu-alukan bagi menyongsong suatu perubahan dan pembaharuan. Aksi reformasi di segala bidang juga mesej pemuda dalam membawa masyarakat madani. Perubahan yang dibawa oleh pemuda ini tidak mungkin dapat dibawa oleh orang tua ataupun anak-anak. Potensi pemuda yang dimiliki oleh pemuda dan pelajar dapat membawa kepada kejayaan.
o          Beberapa potensi pemuda yang dapat berperan mengadakan perubahan adalah bathul himmah fi at tasaulat (membangkitkan himmah dalam menimbulkan persoalan), naqlul ajyaal (memindahkan generasi), istibdaalul ajyal (menukar generasi), tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat) dan ansir ishlah (unsur perubah).

2. Bathul himmah fi at tasaaulat (membangkitkan himmah dalam menimbulkan persoalan)

o          Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS dan nabi-nabi lainnya yang masih pemuda seringkali memberikan persoalan dan kritik kepada apa saja yang berlaku di sekitarnya. Para pemuda kerap menimbulkan pertanyaan terhadap perkara-perkara yang tidak betul, tidak benar dan tidak adil. Keadaan yang tidak sesuai ini biasanya dijadikan sebagai suatu tempat kritikan atau persoalan pemuda. Potensi membangkitkan suatu persoalan ini adalah ciri pertama kenapa pemuda ini dapat melakukan perubahan.
o          Pemuda tidak akan senang dengan sesuatu yang sudah dicapainya. Pemuda juga tidak dapat tenang melihat ketidakadilan. Bagaimana juga peranan pemuda ini sangat penting, lebih khususnya dalam membentuk budaya dan arus perdana di kampus dan di masyarakat.
o          Persoalan yang menghujat ini dapat menggerakkan pemuda dan juga dapat menjatuhkan kerajaan yang zolim. Persoalan perlu selalu dimunculkan sehingga dapat menjadikan sesuatu yang tidak baik diusahakan perbaikannya.

Dalil
o          21:52 ; Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah hakikatnya patung-patung ini yang kamu sungguh-sungguh memujanya?”
 o         21:67 ; “Jijik perasaanku terhadap kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Maka mengapa kamu tidak mau menggunakan akal fikiran kamu?”
o          26:69-70 ; Dan bacakanlah pula kepada mereka perihal Nabi Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apa yang kamu sembah?”
o          10:83-84 ; Maka tidaklah ada yang beriman kepada Nabi Musa melainkan sebilangan kecil dari keturunan kaumnya, itupun dalam keadaan takut kepada Fir’aun dan ketua-ketua kaum mereka menyiksa mereka; karena sesungguhnya Fir’aun merajalela di muka bumi, dan sebenarnya ia dari orang-orang yang melampaui batas. Dan Nabi Musa berkata (kepada kaumnya):”Wahai kaumku! Kalau kamu sungguh-sungguh beriman kepada Allah, maka hendaklah kamu berserah diri kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang Islam “.

3. Naqlul ajyaal (generasi penerus)

o          Generasi tua atau generasi pemegang kepimpinan di dalam kerajaan, dakwah atau masyarakat tentunya akan semakin tua dan mungkin mati. Keadaan demikian perlu ada generasi penerus yang menggantikan peranan pemimpin sebelumnya. Keadaan ini adalah suatu yang logis. Siapakah penggantinya maka jawabannya adalah pemuda atau pelajar yang potensial. Kepemimpinan, kerajaan dan sebagainya perlu dilanjutkan ke generasi berikutnya.
o          Generasi ibu bapak perlu digantikan oleh generasi anaknya, begitupun seterusnya diganti kepada cucunya. Di tengah masyarakat dan organisasipun berlaku demikian, yaitu perubahan pimpinan kepada generasi seterusnya yang masih pemuda atau pelajar.

Dalil
o          52:21 ; Dan orang-orang yang beriman yang bibawa oleh Zuriat keturunannya dalam keadaan beriman, Kami hubungkan (himpunkan) Zuriat keturunannya itu dengan mereka (di dalam surga); dan Kami (dengan itu) tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal-amal mereka; tiap-tiap manusia terikat dengan amal yang dikerjakannya.
 o         25:74 ; Dan juga mereka (yang diridhoi Allah itu ialah orang-orang) yang berdoa dengan berkata:”Wahai Tuhan kami, berilah kami dari isteri-isteri dan Zuriat keturunan kami; (generasi pengganti) perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.

4. Istibdaalul ajyal (generasi pengganti)
Syarah
o          Memindahkan generasi berarti menggantikan pemimpin sebelumnya dengan meneruskan semua program-program yang telah dirancang sebelumnya. Manakala menukar generasi disebabkan generasi berikutnya tidak baik atau kurang berjaya sehingga diperlukan penukaran generasi kepada generasi yang baru. Allah SWT menyebutkan bahwa orang yang tidak beriman ini akan digantikan oleh orang yang beriman, begitu juga yang terjadi di negara atau kerajaan, dimana raja atau PM/presiden tidak berbuat adil, jujr dan amanah maka kepemimpinan sebelumnya perlu diganti oleh yang baru.

Dalil
o          5:54 ; Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamamu, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah sayang kepada mereka dan mereka sayang kepada Allah; bersifat lemah lembut terhadap orang beriman dan tegas terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Yang demikian itu ialah karunia dari Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya; sesungguhnya Allah maha luas karunian-Nya lagi maha mengetahui.
o          47:38 ; (Ingatlah), kamu adalah orang yang bertabiat demikian- kamu diseru supaya membelanjakan sedikit dari harta kamu di jalan Allah, maka ada diantara kamu yang berlaku bakhil, padahal siapa yang bakhil maka sesungguhnya ia hanya bakhil kepada dirinya sendiri. Dan (ingatlah) Allah Maha kaya , sedang kamu semua orang-orang miskin. Dan jika kamu berpaling (dari beriman, bertawa, dan bersedekah) Ia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain;setelah itu mereka tidak akan  seperti kamu.

5. Tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat)
Syarah
o          Siapakah yang dapat bergerak untuk memperbaharui maknawiyah ummah. Jawabannya adalah pemuda atau pelajar. Pemuda dengan potensi yang dimiliki, semangat yang berkobar-kobar, jasad yang kuat, pemikiran yang cerdas dapat memperbaharui maknawiyah ummat. Usaha pembaharuan ini adalah dengan memberikan dakwah, tarbiyah dan jihad. Usaha-usaha pemuda demikian dapat memperbaharui maknawiyah ummat.
o          Orang tua tidak akan mungkin dapat melaksanakan peranan ini begitu juga para anak-anak tidak dapat berperanan secara efektif. Hanya pemuda yang dapat menjalankan peranan perubahan ini.

Dalil
o          2:246 ; Tidakkah engkau ketahui (wahai Muhammad), tentang (kisah) ketua-ketua dari Bani Israil sesudah (wafatnya) Nabi Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:”Lantiklah seorang raja untuk kamu, supaya kami boleh berperang (bersama-sama dengannya) di jalan Allah” Nabi mereka menjawab:”Tidakkah harus, jika kamu kelak diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang?,” Mereka berkata:”Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedang kami telah diusir dari kampung halamankami, dan dari anak-anak kami?” Maka apabila perang itu diwajibkan atas mereka, mereka membelakangkan kewajiban itu, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zolim.
o          2:247 ; Dan Nabi mereka berkata kepada mereka:”Sesungguhnya Allah telah melantik Talut menjadi raja bagi kamu. Mereka menjawab:”Bagaimana dia mendapat kuasa memerintah kami sedang kami lebih berhak dengan kekuasaan itu daripadanya, dan ia tidak diberi keluasan harta kekayaan?” Nabi mereka berkata:”Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Talut) menjadi raja kamu, dan telah mengaruniakannya kelebihan ilmu pengetahuan dan kekuatan fisik”. Dan (ingatlah), Allah juga yang memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha Luas (rahmat-Nya dan karunia-Nya), lagi Maha Mengetahui.

6. Anasir al islah (unsur perubah)
Syarah

o          Pemuda dengan potensi yang dimilikinya juga mempunyai unsur perubah. Unsur perubah ketidakadilan, kejahiliyahan, kesesatan, kemusyrikan dan sebagainya dapat dirubah oleh pemuda ini. Pemuda dengan unsur perubahnya dapat efektif menjalankan peranan secara baik.
o          Di zaman nabi yang merubah jahiliyah kepada islamiyah, kemusyrikan kepada tauhid, kebatilan kepada al-haq, dan perubahan dari sekuler ke Islam, hanya dilakukan oleh para pemuda.
o          Unsur perubah yang paling potensial adalah pemuda yang sadar, berpengetahuan, berfikroh dan berpotensi. Mereka yang mempunyai ciri seperti ini adalah mereka yang belajar dan menuntut ilmu.

Dalil
o          18:13-14 ; Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) perihal mereka dengan benar, sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahi mereka dengan petunjuk. Dan Kami kuatkan hati mereka (dengan kesabaran dan keberanian), semasa mereka bangun (menegaskan tauhid) lalu berkata: “Tuhan kami ialah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak akan menyembah Tuhan yang lain daripadanya; jika kami menyembah yang lainnya maka kami mengakui sesuatu yang jauh dari kebenaran.”

7. Tazawwud
Syarah

o          Potensi-potensi pemuda demikian seperti yang disebutkan sebelumnya, maka pemuda mempunyai potensi yang baik. Agar potensi pemuda ini muncul secara berkesan dan dapat berpengaruh maka pemuda perlu diberikan tarbiyah fitriah, hikmah dan ilmu serta membentuk syaksiah Islamiyah qiyadiyah dan jundiyah.
o          Tanpa pembekalan maka potensi pemuda yang berharga akan menghilang. Pembekalan yang baik adalah pembekalan yang mengikuti kaedah dan minhaj dari Allah dan Rasul-Nya.

8. At tarbiyah al fitriyah
Syarah

o          Tarbiyah fitriyah adalah tarbiyah yang merujuk kepada fitrah manusia. Tarbiyah fitriyah juga istilah lainnya dari tarbiyah islamiyah, karena Islam juga dapat disebut fitrah. Fitrah manusia sangat sesuai dengan fitrah Islam. Pemberian fitrah Islam kepada pemuda akan diterima secara ikhlas dan dapat diamalkan oleh pemuda dengan baik. Penerimaan tarbiyah fitriyah ini terjejas apabila di dalam hatinya ada noda atau kotoran maksiyat yang menutup fitrahnya.
o          Tarbiyah fitriah yang diberikan kepada pemuda adalah usaha untuk membangun potensi pemuda dan juga memelihara potensi tersebut. Tarbiyah fitriyah dengan membaca Al-Qur’an, beribadah, beramal sholeh dan memelihara alam adalah bagian dari aktiviti tarbiyah fitriyah.
o          Contoh tarbiyah fitriyah adalah memberikan sesuatu yang diperlukan oleh pemuda. Dengan cara ini pemuda dipenuhi keperluannya dan juga mereka dapat mengembangkan dirinya. Keperluan belajar, keperluan persaudaraan dan keperluan dauroh, keperluan ingin bebas tidak terikat, keperluan ingin tahu, keperluan dinamik dan aktif merupakan ciri keperluan pada masa pemuda. Cara yang fitrah dan Islam dapat secara efektif membangun potensi pemuda.
Dalil
o          28: 7 - 12 ; Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa:”Susukanlah dia; dalam pada itu, jika engkau takutkan sesuatu bahaya mengenainya (dari angkara Fir’aun), maka (letakkanlah dia di dalam peti dan) lepaskanlah dia ke laut; dan janganlah engkau merasa bimbang dan jangan berduka cita; sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan Kami akan melantiknya menjadi salah seorang dari Rasul-rasul Kami. Setelah itu dia dipungut oleh orang-orang Fir’aun; kesudahannya dia akan menjadi musuh dan menyebabkan dukacita bagi mereka; sesungguhnya Fir’aun dan Haman serta orang-orangnya adalah golongan yang bersalah. Dan (ketika melihat kanak-kanak itu) berkatalah isteri Fir’aun:”(Semoga ia menjadi) cahaya mata bagiku dan bagimu; janganlah kamu membunuhnya; mudah-mudahan ia berguna kepada kita, atau kita jadikan dia anak”. Padahal mereka tidak menyadari (kesudahannya). Dan (sepeninggalnya) menjadilah hati ibu Musa kosong; sesungguhnya ia nyaris menyatakan perihal anaknya dengan berterus terang jika tidaklah Kami kuatkan hatinya (dengan persaan sabar dan tentram), supaya tetaplah ia dari orang-orang yang percaya (akan janji Allah). Dan berkatalah ia kepada kakak Musa:”Pergilah cari kabar beritanya”. (Maka pergilah ia) lalu dilihatnya dari jauh sedang orang ramai tidak menyadarinya. Dan Kami jadikan dia dari mulutnya enggan menyusu kepada perempuan-perempuan yang hendak menyusukannya; (melihat hal itu), kakaknya berkata:”Maukah aku tunjukkan kamu kepada penduduk sebuah rumah yang dapat memeliharanya untuk kamu, serta mereka tulus ikhlas kepadanya?”
o          5:114 ; Isa binti Maryam (berdoa kepada Allah) berkata:”Ya Allah, Tuhan kami! Turunkanlah kepada kami satu hidangan dari langit, untuk menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi kami yang ada di hari ini dan bagi orang-orang kami yang datang kemudian, dan sebagai satu tanda (mukjizat) dari-Mu (yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Mu); dan karuniakanlah rezeki kepada kami, karena Engkau sebaik-baik Pemberi rezeki.”





9. Al hikmah wal ilmu
Syarah

o          Selain tarbiyah fitriah diberikan kepada pemuda, juga diberi ilmu dan kebijaksanaan sehingga kesadaran dan motivasi untuk bergerak dikalangan pemuda muncul. Orang dewasa dan tua yang mempunyai banyak pengalaman dan ilmu, serta telah merasakan asam manisnya kehidupan perlu memberikan kepada pemuda suatu kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan. Hikmah biasanya didapati oleh orang tua dan dewasa. Orang tua dengan pengalaman dan hidupnya yang sudah lama dapat memberikan hikmah kepada pemuda yang belum banyak pengalaman.
o          Ilmu pun biasanya didapati oleh orang dewasa dan tua, maka juga diperlukan memberikan ilmu dan pelajaran kepada pemuda. Bekal yang demikian dapat meningkatkan potensi pemuda.

Dalil
o          28:14 ; Dan ketika Musa sampai ke peringkat umurnya yang cukup kekuatannya dan sempurna. Kami beri kepadanya kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan; dan demikian Kami membalas orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.
o          12:22 ; Dan ketika Yusuf sampai ke peringkat umurnya yang sempurna kekuatannya, Kami beri kepadanya kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan; dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.

10. As syakhsiyah al qiyadiyah al jundiyah
Syarah

o          Kepada pemuda juga diperlukan bekal pribadi yang mempunyai sifat qiyadah dan jundiyah. Pemuda diharapkan mempunyai sifat sebagai pemuda yang siap memimpin dan siap dipimpin. Pemimpin yang ikhlas dan jundiyah yang taat adalah sifat yang juga perlu ditanamkan kepada jiwa pemuda. Sehingga dengan cara ini pergantian, penukaran dan pemindahan generasi dari orang tua kepada pemuda dapat terlaksanan dengan baik.
o          Kepribadian yang mempunyai sifat qiyadiyah dan jundi akan memperlancar perjalanan dakwah amal jama’i.

Dalil
o          12:55 ; Yusuf berkata:”Jadikanlah aku pengurus perbendaharaan hasil bumi (Mesir); sesunggunya aku sedia menjaganya dengan sebaik-baiknya, lagi mengetahui cara mentadbirkannya”.
o          28:26 ; Salah seorang diantara wanita yang berdua itu berkata:”Wahai ayah, ambilah dia menjadi orang upahan (menggembala kambing kita), sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah”.
o          9:128 ; Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (yaitu Nabi Muhammad SAW), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat tamak (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman.
o          8:45-47 ; Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatla Allah (dengan do’a) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan; kalau tidak niscaya kamu menjadi lemah semangat dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari negerinya dengan berlagak sombong dan menunjuk-nunjuk (kekuatan mereka) kepada orang ramai (karena minta dipuji), serta mereka menghalangi manusia dari jalan Allah dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan apa yang mereka kerjakan.





11. At taharuk
Syarah

o          Potensi yang dimiliki pemuda kemudian dikembangkan dengan diberikan beberapa pembekalan seperti tarbiyah kemudian melalui pembekalan ini akan menghasilkan pemuda yang bergerak, dinamis dan aktif. Pemuda yang aktif akan menghasilkan banyak hal, sedangkan pemuda yang tidak aktif maka akan menghancurkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu pemuda yang bergerak adalah pemuda yang mendapatkan tarbiyah bagi pengembangan dirinya.

Dalil
o          3:169 ; Dan jangan sekali-kali kamu menyangka orang-orang yang terbunuh (yang gugur Syahid) pada jalan Allah itu mati, (mereka tidak mati) bahkan mereka hidup (secara istimewa) di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki.
o          2:154  ; Dan janganlah kamu mengatakan (bahwa) siapa yang terbunuh dalam perjuangan membela agama Allah itu: orang-orang mati; bahkan mereka itu hidup (secara istimewa), tetapi kamu tidak dapat menyadarinya.

M.10. IQOMATUDDIEN (3 BAHAN)

Objektif:
o          Memahami fase-fase perjuangan Rosulullah dalam menegakkan dienullah beserta unsur-unsur cirinya
o          Memahami hubungan kondisi masyarakat sekarang dengan bentuk marhalah iqomatuddien tersebut
o          Dapat mengetengahkan contoh-contoh siroh dan kehidupan salafus sholeh dalam setiap unsur ciri iqomatuddin



Sinopsis

            Iqomatuddien (menegakkan dien) adalah perintah dari Allah SWT selain kita menyampaikan dakwah (risalatuddakwah). Kebanyakan umat Islam sekarang ini lebih mementingkan diri sendiri yaitu mereka merasa cukup apabila telah beribadah dan amal sholeh yang berkaitan dengan fardu saja, tetapi mereka tidak berusaha untuk dakwah. Sedangkan mereka yang berdakwah pun tidak sempurna berdakwah, mereka hanya hanya menyebarkan Islam di masjid tetapi tidak berusaha untuk menegakkan dien itu sendiri. Kehadiran dakwah dalam kehidupan mereka sebagai sesuatu yang asing dan aneh.
            Disebagian da’i yang berdakwah nampak tidak menunjukkan hasil yang dapat dibanggakan. Masalah ini mungkin juga disebabkan oleh dakwah yang tidak mengikuti bagaimana nabi SAW berdakwah. Satu-satunya rujukan dan model dakwah agar berkesan dan berjaya adalah dakwah yang mengikuti model nabi SAW secara minhaj, sedangkan wasail dakwah dan uslub perlu mempertimbangkan keadaan semasa dan tempat dimana dakwah dijalankan.
            Dakwah nabi SAW dalam menegakkan dien (mendaulat syariat) dibagi dalam dua marhalah (marhalah taksis dan marhalah tamkin) dan diselingi dengan satu noktah yaitu hijrah. Pendekatan-pendekatan marhalah taksis dapat dijadikan sebagai minhaj dan contoh ketika dakwah Islam belum lagi kuat dan kukuh. Ketika Islam belum tegak dan masih dalam proses pembinaan dan pengembangan maka marhalah taksis ini dapat dijadikan sebagai rujukan. Beberapa minhaj dalam marhalah taksis adalah menyebarkan prinsip Islam dan mengajarkan Islam, membina pribadi Islam dan da’i, membina jama’ah, merahasiakan tanzim, menghindarkan dari berbagai benturan, menghindarkan dari penggunaan senjata, sabar atas cobaan dan gangguan, mencari potensi kekuatan bagi jama’ah, mencari basis tempat yang boleh melindungi.
            Pada noktah hijrah (titik perpindahan) di zaman nabi ada yang bersifat maknawiyah berarti perpindahan yang bersifat maknawiyah seperti dari jahiliyah kepada Islam, dari kafif berubah kepada istiqomah, dari maksiyat berubah kepada taat, dari haram berubah kepada halal, dari sendiri berubah menjadi berjamaah Islamiyah. Hijrah maknawiyah ini harus dilakukan oleh setiap muslim tanpa terkecuali, karena hijrah maknawiyah adalah suatu ciri perubahan seorang bukan muslim menjadi muslim dan seorang jahiliyah kepada Nurul Islam dan usaha perpindahan ke arah yang lebih baik. Namun demikian hijrah maknawiyah tidak mesti dilakukan oleh setiap muslim, hal ini sangat bergantung kepada keadaan yang berlaku di tempat. Hijrah maknawiyah berarti berpindah secara tempat dengan tujuan, 1; mencari perlindungan sementara, dan 2; untuk menyediakan basis masyarakat dan basis tempat.
            Di zaman Nabi ada sebagian masyarakat yang tidak hijrah ke Madinah tetapi menyusun kekuatan di Mekkah seperti Abbas (paman Nabi). Mereka yang berhijrah juga dilihat dari kepentingannya misalnya sebagai tempat perlindungan bagi yang dikejar-kejar sedangkan potensinya masih diperlukan oleh dakwah dan harokah, keadaan individu demikian diperlukan hijrah seperti hijrah ke Habasyah yaitu kelompok Ja’far. Bagi individu lainnya yang menyediakan basis masyarakat baru perlu hijrah seperti Mushab bin Umair. Namun demikian bentuk hijrah keluar tempat ini adalah uslub bagaimana Nabi SAW akan menegakkan Islam, oleh karena itu keadaan saat ini dapat mencari uslub lainnya yang penting secara minhaj adalah tegaknya kalimat Allah dan berjalannya syarat.
            Pada marhalah tamkin di Madinah terbentuklah basis masyarakat, basis fasilitas, wujud kekuatan yang mampu untuk melindungi, terdapat tanzim daulah dan wujud dakwah yang sempurna dengan menjadikan Islam sebagai warna kehidupan manusia.

Hasiyah
1. Iqomatuddien
Syarah

o          Alah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk beribadah, beramal saleh, berdakwah, berjihad dan menegakkan dien/daulah. Perintah ini hanya sebahagian manusia sahaja yang mengamalkan ada yang tidak beribadah, ada yang beribadah tetapi tidak berjihad, ada yang berjihad tetapi tidak ke arah tegaknya dien, ada yang ingin menegakkan dien tetapi tidak mengikuti minhaj yang dibawa Nabi.
o          Tegaknya dien di bumi adalah pandangan dan pendapat ulama secara jumhur (tidak ada yang menyangkal). Hanya bagaimana caranya maka kita memerlukan kematanngan pandangan melihat keadaan, suasana tempat yang kemudan menghasilkan uslub. Walaupun demikian uslub ini pun mesti merujuk kepada bagaimana Nabi SAW membentuk dien. Islam tidak menekankan kepada nama daulah atau siapa yang akan memegang tetapi yang penting adalah tegaknya syariat.
o          Merujuk kepada marhalah-marhalah yang dilalui Nabi dalam menegakkan dien terdapat beberapa minhaj yang perlu diikuti sedangkan uslub yang dibawa nabi dapat dirubah dan disesuaikan dengan keadaan kita. Hijrah maknawiyah mungkin tidak diperlukan oleh sebagian tempat sedangkan marhalah taksis dan tamkin adalah sesuatu yang perlu kita capai. Marhalah taksis lebih kepada persiapan individu dan masyarakat dengan pendekatan tarbiyah kepada ahli dan dakwah kepada masyarakat umum. Pembinaan jamaah dan ukhuwah ditingkatkan agar dapat menjalankan segala aktifitas dakwah secara berkesan. Untuk memperlancar proses persiapan ini maka kita perlu sabar dan mengalah untuk sementara. Kemudian persiapan yang matang sebagai hasil marhalah taksisi ini akan dibawa kepada marhalah tamkin sebagai suatu marhalah yang memposisikan individu tadi kepada masyarakat dan berperanan di dalam menjalankan syariat. Proses hijrah maknawiyah adalah suatu keharusan tetapi hijrah maknawiyah bergantung keperluan. Mungkin suatu tempat menegakkan dien ini melalui pilihan raya atau demokrasi atau cara jihad angkat senjata dan sebagainya. Hijrah lebih kepada uslub Nabi yang pada masa itu sangat ditekan dan banyaknya penyiksaan. Uslub boleh dijalankan atau tidak dijalankan sedangkan minhaj semestinya diikuti. Peranan situasi, keadaan, tempat, peristiwa, kondisi, sikap masyarakat dan sebagainya adalah pertimbangan penting di dalam menjalankan usaha menegakkan dien ini.
o          Minhaj yang penting ketika akan menegakkan dien adalah ketika masyaraka mengenal kita dan menerima kita sehingga cadangan dan misi visi kita diterima dan kemudian dibelanya. Ketika pembelaan dan penerimaan inilah maka Islam akan dapat tegak, apakah melalui pilihan raya atau yang lainnya. Yang terpenting adalah penerimaan masyarakat ini kita perlu untuk memposisikan diri kita dengan keahlian yang kita miliki dan ketokohan kita.


Dalil
o          42:13-15; Allah telah menerangkan kepada kamu- di antara perkara-perkara agama yang Ia tetapkan hukumnya - apa yang telah diperintahkan-Nya kepada Nabi Nuh, dan yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu (wahai Muhammad), dan juga telah Kami perintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa serta Nabi Isa, yaiatu:”Tegakkanlah dien dan janganlah kamu berpecah belah atau berselisihan tentangnya”. Berat bagi orang-orang musyrik (untuk menerima agama tauhid) yang engkau seru kepada mereka. Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya untuk menerima agama tauhid itu, dan memberi hidayah petunjuk kepada agama-Nya itu bagi siapa ang kembali kepada-Nya (dengan taat). Dan umat tiap-tiap Rasul tidak berpecah belah dan berselisihan (dalam menjalankan agama Allah) melainkan setelah sampai kepada mereka ajaran-ajaran yang memberi mereka pengetahuan (apa yang diperintah dan dilarang); (perselisihan yang demikian) semata-mata karena hasad dengki sesama sendiri. Dan kalaulah tidak karena telah terdahulu kalimah ketetapan dari Tuhanmu (untuk menangguhkan hukuman) hingga ke suatu masa yang tertentu, tentulah dijatuhkan hukuman azab dengan serta merta kepada mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberikan Allah mewarisi Kitab agama kemudian daripada mereka, berada dalam keadaan syak yang menggelisahkan terhadap Kitab itu. Oleh karena yang demikian itu, maka serulah (mereka-wahai Muhammad-kepada beragama dengan betul), serta tetap teguhlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka; sebaliknya katakanlah: “Aku beriman kepada segala Kitab yang diturunkan oleh Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah jualah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Tidaklah patut ada pertengkaran antara kami dengan kamu (karena kebenaran telah jelas). Allah akan menghimpunkan kita bersama(pada hari kiamat), dan kepada-Nyalah tempat kembali semuanya”.
o          24:55 ; Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari kalangan kamu (wahai umat Muhammad) bahwa ia akan menjadikan mereka khalifah-khalifah yang memegang kuasa pemerintahan di bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka:khalifah-khalifah yang berkuasa; dan Ia akan menguatkan dan mengembangkan agama mereka (Islam) yang telah diridhoi-Nya untuk mereka; dan Ia juga akan menggantikan bagi mereka keamanan setelah mereka mengalami ketakutan (dari ancaman musuh). Mereka terus beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu yang lain dengan-Ku. Dan (ingatlah) siapa yang kufur sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang durhaka.
o          48:27 ; Demi sesungguhnya! Allah tetap menyatakan benar Rosul-Nya dalam perkara mimpi itu dengan kenyataan yang sebenarnya; yaitu sesungguhnya kamu tetap akan memasuki Masjid Al-Haram insya Allah (pada masa yang ditentukan-Nya)- dalam keadaan aman (menyempurnakan ibadah umroh kamu) dengan mencukur kepala kamu, dan kalau (tidak pun) menggunting sedikit rambutnya, serta kamu tidak merasa takut (akan penghianatan musuh sehingga kamu keluar kembali). (Allah menangguhkan berlakunya kenyataan itu) karena Ia mengetahui (adanya faedah dalam penangguhan itu) yang kamu tidak mengetahuinya; maka Ia menyediakan sebelum (terlaksananya mimpi) itu, satu kemengan yang dekat (masa berlakunya).

2. Marhalah taksis
Syarah

o          Muhammad SAW yang pada masa dilantik sebagai rosul, berada ditengah kehidupan jahiliyah. Pada masa itu Nabi SAW tidak lagi mempunyai pengikut dan juga belum tahu apa yang mesti dilakukan. Namun demikian dengan bimbingan Allah SWT melalui turunnya wahyu Nabi SAW berdakwah mengikuti minhaj robbani.
o          Perintah pertama yang diterima Nabi adalah untuk menyebarkan prinsip Islam dan mengajarkan Islam. Dari sinilah masyarakat jahiliyah mengenal bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rosul. Penyebaran dakwah yang terbuka menarik masyarakat untuk mengetahui sehingga ada yang ikut dan ada yang tidak ikut. Pilihan individu dari usaha dakwah terbuka ini adalah pribadi-pribadi yang akan dibina. Keadaan demikian mesti diikuti oleh kita saat ini dimana kita mesti menggunakan semaksimal mungkin wajihah amal atau platform guna melaksanakan dakwah terbuka untuk menyebarkan Islam.
o          Pribadi yang berminat kepada Islam dari hadirnya mereka didalam dakwah terbuka Nabi dan juga hasil dari dakwah fardiah maka individu tersebut dibina pribadinya sehingga muncul pribadi Islam yang juga da’i. Usaha tarbiyah ini adalah usaha untuk membentuk kader dan pengikut utama yang akan menjalankan segala program dakwah dan jamaah. Pribadi yang dibina ini akan terus menyokong dan berdakwah untuk memperbanyak pengikut sehingga Islam tegak. Tarbiyah tidak pernah diam tetapi terus berjalan dalam mengembangkan, membangun dan memelihara potensi muslim. Tarbiyah Islamiyah yang dikenal pada zaman Nabi adalah dirumahnya Arqom bin Abi Arqom. Tarbiyah juga dilakukan diberbagai tempat di rumahnya para sahabat. Pribadi yang ditarbiyah ini akan berubah menjadi Islam.
o          Pribadi Islam yang terbentuk oleh tarbiyah dimasukkan kedalam Jamaah Islamiyah. Membina jamaah Islam adalah satu program utama didalam marhalah taksis ini, karena dengan pembinaan jamaah maka akan terbentuk dakwah yang muntijah. Pembinaan jamaah dimulai dengan mengisikan individu tertarbiyah tadi kedalam struktur dan kemudian digerakkan ke dalam tujuan dakwah itu sendiri. Pribadi tarbiyah senantiasa taat dan ia pun siap sebagai pemimpin atau pengikut maka mereka akan dapat melaksanakan amal jama’i dengan demikian pula harokah akan bergerak secara kontinyu. Semangat ketaatan dan semangat dakwah selalu dimotivasi melalui tarbiyah. tarbiyah sebagai ruh yang dapat memelihara semangat dan dakwah itu sendiri. Jamaah pun dirancang dengan berbagai keperluan seperti nabi yang sudah merancang Mus’ab bin Umair berdakwah ke Madinah untuk menyiapkan masyarakat Islam, begitu juga sahabat Nabi yang hijrah ke Habasyah dan program jamaah lainnya. dengan jamaah maka kekuatan akan muncul. tanpa jamaah yang kuat dan solid maka Islam tidak akan tegak.
o          Jamaah atau tanzim yang demikian perlu dirahasiakan karena apabila diketahui maka mereka pasti akan menghancurkan terlebih dahulu. Kekuatan yang belum muncul sedangkan mereka sudah mengetahui apa yang kaan kita kerjakan yaitu untuk berhadapan dengan mereka maka pada saat yang sama mereka akan menghancurkan terlebih dahulu sebelum besar dan kuat. Merahasiakan tanzim adalah minhaj sebelum tegaknya syariat secara zohir. Kekuatan yang ada didalam tanzim akan mudah dihancurkan apabila kita diketahuinya. Mereka pihak Yahudi dengan zionisnya ataupun Amerika dan eropa mempunyai rancangan yang besar, setiap rancangan mereka disembunyikan dan tidak mungkin dijabarkan. Umat Islam di zaman Nabi pun bergerak dakwah secara terbuka tetapi tanzim tetap dirahasiakan.
o          Di dalam melaksanakan program dakwah, jamaah dan ahli jamaah perlu menghindarkan dari berbagai benturan atau pertembungaan. Nabi SAW berdiam diri ketika di Mekkah sedang sholat dan fihak kafir meletakkan kotoran di atas pundaknya, siksaan kepada para sahabat juga dibiarkan oleh Nabi, memasuki Ka’bah yang penuh dengan berhala pun tidak mengganggu sedikitpun berhala tersebut. Provokasi pada masa itu dielakkan oleh Nabi, karena akan menghabiskan energi dan juga akan mengganggu tumpuan dakwah di dalam membentuk kader dan mencapai masyarakat madani. Benturan perlu dielakkan walaupun kita nampak mengalah begitupun dengan persilihan dicegah sehingga tidak habis tenaga dan pikiran untuk hal-hal yang tidak berguna.
o          Selain menghindarkan dari benturan juga kita mesti menghindarkan dari penggunaan senjata. Perkara ini akan menghancurkan kita sendiri, apalagi kita belum kuat.
o          Sunnah dakwah adalah fitnah dan cobaan oleh itu kita mesti menyiapkan juga kesabaran. Sabar atas cobaan dan gangguan pihak kafir yang hendak menghantam kita. Di zaman sekarang pun sangat banyak fitnah dan cobaan sama ada bersifat duniawi/material atau fitnah pekerjaan. Berbagai macam fitnah dan cobaan akan mengganggu kita sehingga usaha menghadapinya perlu dilakukan yaitu dengan sabar.
o          Berdakwah, melaksanakan tarbiyah adalah usaha untuk mencari potensi kekuatan bagi jamaah. Individu yang berpotensi kita kumpulkan atau kita bina sehingga muncul hasil berupa individu yang baik dan dapat menyumbang tenaganya ke dalam jamaah. Potensi ini sudah dididik dan dibina kemudian disalurkan kepada pos yang sesuai, dengan cara ini potensi ini diarahkan kepada matlamat untuk menegakkan dien. Semua poensi yang dikembangkan ini mesti diikat dengan tarbiyah dan jamaah memberikan arahan kepada pelaksanaan misi dan visi jamaah.
o          Potensi yang ada diarahkan kepada mencari basis tempat yang boleh melindungi. Pada zaman Nabi, Madinah sebagai alternatif setelah dibandingkan dengan berbagai tempat pada masa itu seperti Habasyah dan sebagainya. Tempat ini tidak lah mesti memalui pindah, karena di zaman sekarang ini yang terpenting adalah bagaimana potensi jamaah ini mendapatkan penerimaan dari umat dan masyarakat Islam sesuai dengan kepakaran, potensi dan ketokohan indivu tersebut. Penerimaan individu jamaah atau orang yang dikendalikan oleh jamaah dari masyarakat ini merupakan suatu bukti atas penerimaan tempat itu kepada Islam.

Dalil
o          Lihat sirah nabawiyah selama Nabi SAW dan para sahabat di Mekkah

3. Hijrah
Syarah

o          Hijrah itu sendiri merupakan uslub yang perlu dipertimbangkan sehingga kita dapat menjayakan tegaknya dien. Hijrah atau titik perubahan dan perpindahan ini mempunyai makna makaniyah dan maknawiyah. Melalui proses tarbiyah yang sudah dimulai di masa taksis diharapkan pribadi ini melaksanakan hijrah dari segi maknawiyah yaitu perubahan dari jahiliyah kepada Islam, dari kafir berubah kepada iman, dari syirik berubah kepada tauhid, dari batil berubah kepada hak, dari nifak berubah kepada istikomah, dari maksiyat berubah kepada taat, dari haram berubah kepada halal, dari bersendirian berubah kepada jamaah Islamiyah.
o          Manakala perpindahan makaniyah sangat bergantung kepada keperluan keadaan dan objektif. Makaniyah berarti berpindah secara tempat dibagi kepada dua yang pertama untuk mencari perlindungan sementara dan untuk menyediakan basis masyarakat dan basis tempat. Pada zaman nabi terdapat sahabat yang tidak pindah ke Madinah, ada yang pindah ke tempat lain untuk mencari perlindungian dan ada juga ke Madinah sebagai pembentukan asas masyarakat madani.

Dalil
o Lihat siroh nabawiyah selama Nabi SAW dan para sahabat pergi hijrah.

4. Marhalah tamkin
Syarah

o          Marhalah setelah marhalah taksis adalah marhalah tamkin. Walaupun marhalah tamkin sudah mulai dimasuki tetapi beberapa aktifitas marhalah taksis mesti dilakukan misalnya menyebarkan prinsip Islam dan mengajarkan Islam, membina pribadi Islam dan da’i, sabar atas cobaan dan gangguan, dan mencari potensi kekuatan  bagi jamaah. Usaha meletakkan individu jamaah ke dalam posisi yang strategis diaktifkan pada marhalah ini. Sebagai contoh Nabi SAW di Madinah, meletakkan struktur panglima perang, ahli pedagang, ahli militer, para ulama dan sebagainya.
o          Basis masyarakat yang dijadikan sebagai objek pertama dakwah Islam ketika di Madinah, misalnya menegakkan masjid dan menjalankan ibadah secara berjamaah. Pada saat ini membentuk basis masyarakat, selain kita berinteraksi di masjid/surau dan berdakwah tetapi juga melibatkan diri kita kepada berbagai aktifitas masyarakat yang akan menjadikan kita dikenal mereka dan dapat menerima kita sehingga secara perlahan akan terbentuk basis masyarakat.
o          Selain membentuk basis manusia di masyarakat yang kaan mendukung kita juga perlu disiapkan bais alam, tempat. Basis ini perlu disediakan untuk melengkapi kerja-kerja individu di dalam


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More